Info lebih lanjut Hubungi !!!
Analisa teknikal adalah analisa pergerakan yang didasarkan pada hitungan matematis (rumus, grafik, chart, dsb). Dengan memadukan pergerakan suatu pair dengan rumus-rumus matematis tertentu diharapkan dapat memberikan gambaran atau prediksi di masa depan.
Besarnya keakuratan inilah yang menjadi seni dan level tersendiri dari masing-masing trader nantinya. Semakin anda rajin mengasah rumus, mengevaluasi, memadukan, dsb maka akan menjadi lebih presisi atau lebih akurat, dengan kata lain, lebih terampil dalam menggunakan analisa teknikal.
Beberapa hal penting yang terkait dengan analisis teknikal, yaitu:
Grafik Harga: merupakan perwakilan dari harga pair dimana kita ingin melakukan pertimbangan atau perhitungan analisa terhadapnya. Ada 3 model grafik utama, yaitu garis, bar, dan lilin (candlestick), yang paling populer di Indonesia adalah grafik – grafik candlestik.2. Indikator: hampir bisa dibilang mustahil jika trader melakukan analisa teknikal tapi tidak mengenal dengan apa yg sering disebut dengan Indikator. Dengan indikator ini maka memungkinkan trader untuk mendapatkan gambaran atau tampilan yang lebih kompleks (grafik, garis, dsb) sehingga diharapkan muncul perspektif baru dalam analisa. Dalam forex terdapat banyak sekali indikator, bisa ratusan, namun tidak semua penting atau cocok dengan tradernya. Beberapa indikator yang umum digunakan adalah: MA, SMA/EMA, RSI.
Tools – Teknik – Dan Metode: tujuan sederhana dari analisa teknikal adalah bisa mendapatkan gambaran akan trend (naik/turun) yang terjadi saat ini. Untuk itu selain dengan grafik dan indikator terdapat teknik-teknik dalam analisa teknikal yang juga sering digunakan seperti: Menarik garis Trend (teknik memprediksi trend dengan garis), Fibonacci (teknik prediksi support/resistance), Elliott Wave, Retracement & Reversal, dan sebagainya. Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah merupakan suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Pada awalnya analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar misalnya, untuk pergerakan harga digunakan metode seperti misalnya Indeks Kekuatan Relatif, Indeks pergerakan rata-rata, regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik.
Analisis teknikal dikenal secara luas diantara para pedagang saham (atau dikenal dengan sebutan “Trader”) dan para profesional dibidang keuangan, namun dalam dunia akademis dianggap sebagai pseudosains or “voodoo finance”; it receives little or no direct support from academic sources and is considered akin to “astrology.”
Akademisi seperti Eugene Fama mengatakan bahwa pembuktian analisis teknikal ini sangat tipis dan inkonsisten yang merupakan “bentuk kekurangan” dari teknik yang diterima secara umum yaitu Hipotesa pasar efisien. Ekonom bernama Burton Malkiel berargumen bahwa “Analisis teknikal merupakan sesuatu yang diharamkan (anathema) dalam dunia akademis” dan selanjutnya ia mengatakan pula bahwa “dalam bentuknya yang merupakan hipotesa efisien pasar yang lemah, maka engkau tidak akan dapat memprediksi harga saham kedepannya berdasarkan harga yang lampau”.
Dalam pasar valuta asing, analisis teknis ini lebih banyak digunakan para praktisi dibandingkan penggunaan analisis fundamental. Beberapa studi internal mengindikasikan, bahwa aturan perdagangan tehnikal ini dapat menghasilkan imbal hasil yang konsisten pada periode hingga tahun 1987, kebanyakan penelitian akademis menitik beratkan pada sifat alamiah dari posisi anomali dari pasar mata uang. Terdapat spekulasi bahwa anomali ini terjadi sebagai akibat dari adanya intervensi bank sentral.
Prinsip Dasar Analisis Teknikal
Follow The Smart Money; analisis teknikal mengikuti trend yang sedang terjadi di pasar. Analisis teknikal mempercayai, bahwa harga akan bergerak dalam trend tertentu dan trend ini akan bergerak terus hingga terjadi perubahan permintaan dan penawaran.
Contrarian; sering kali tanpa melihat dasar fundamental suatu perusahaan pengguna analisis teknikal melakukan ‘trading’ pada saham yang dianggap bagus secara teknikal.
Price Discounts Everything; dalam sesi fundamental mungkin kita mengetahui, bahwa harga akan dipengaruhi berita-berita mengenai laporan keuangan, nilai penjualan atau harga komoditi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Namun analisis teknikal mempercayai, bahwa harga akan mendiskon semua berita tersebut, sering kali harga melewati nilai harga teoritis secara fundamental (bisa naik atau turun).
Price Fluctuates In Trends; harga saham atau komoditi biasanya akan bergerak dalam suatu trend tertentu.
History Repeats Itself; analisis teknikal mempercayai, bahwa sejarah akan berulang. Maksudnya jika harga suatu saham dengan pola tertentu terjadi, maka di kemudian hari pola tersebut dapat terjadi kembali.
Salah satu konsep terpenting dalam analisis teknikal adalah trend. Dalam dunia investasi, trend adalah pergerakan ke mana suatu saham atau bursa mengarah. Terdapat 3 (tiga) trend dalam kaitannya dengan saham: uptrend (naik), downtrend (turun), dan sideways (landai). Bagaimana kita menentukan sedang di trend mana suatu saham berada? Sebagaimana definisinya, analisis teknikal menentukan trend suatu saham dengan melihat chart. Untuk mempermudah, berikut penulis sertakan contoh dari masing-masing trend.
Namun demikian, ada kalanya kita kesulitan menentukan trend suatu saham. Hal ini karena gerakan saham tidak pernah lurus (naik terus, turun terus, atau landai terus), tetapi bergerak dalam rangkaian high dan low. Hal ini pulalah yang menimbulkan adanya trend di dalam trend. Disini, time frame sangat penting kita perhatikan untuk melihat gambaran trend yang sedang terbentuk. Apakah kita akan melihat trend jangka pendek, menengah, ataukah panjang. Hal penting untuk mengetahui di trend mana suatu saham, kita dapat menggunakan trendline. Trendline bisa kita tentukan dengan melihat garis Moving Average atau kita tarik garis sendiri. Garis trendline yang kita tarik sendiri adalah dengan cara menghubungkan titik-titik high ataupun titik-titik low suatu saham.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Agus Sartono. 2001, Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Salemba Empat.
Bambang Riyanto. 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan ; Edisi 4. Yogyakarta: BPEE.
Husein Umar. 2000, Metode Riset Bisnis, Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama.
Profil Emiten
INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk (INCO) sebagai salah satu produsen nikel utama dunia didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited dan menandatangani Kontrak Karya Awal dengan pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juli 1968. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), INCO termasuk dalam industri pertambangan pada sektor pertambangan logam dan mineral.
Selama lebih dari 40 tahun, INCO telah menyediakan lapangan kerja dan pelatihan, menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat dilingkungan tempat INCO beroperasi di daerah Sorowako, Sulawesi. Berdasarkan kepemilikan saham, INCO dimiliki Vale Inco Limited sebesar 60.80%, Sumitomo Metal Mining sebesar 20.09%, masyarakat sebesar 17.93% dan lain-lain sebesar 1.18%. Seluruh produksi nikel dalam matte dijual kepada Vale Inco dan Sumitomo berdasarkan perjanjian dalam mata uang US$ yang akan berakhir pada tahun 2025. Hingga semester I-2009, penjualan Inco merosot 66,26% menjadi US$ 276,36 juta dibanding periode sama 2008 sebesar US$ 819,16 juta. Penjualan nikel ke Vale Inco Ltd mengontribusi sekitar US$ 224,5 juta terhadap penjualan konsolidasi perseroan. Sisanya US$ 51,85 juta dari penjualan nikel kepada Sumitomo Metal Mining.
Inco juga membukukan penurunan laba usaha hingga 92,16% dari US$ 412,65 juta menjadi US$ 32,35 juta. Laba bersih ikut terperosok menjadi US$ 34,58 juta atau turun 88,3% dibandingkan semester I-2008 sebesar US$ 295,61 juta. Sedangkan posisi kas setara kas perseroan mencapai US$ 107,29 juta atau setara Rp 1,07 triliun. Penurunan laba usaha terjadi akibat anjloknya harga komoditas nikel dunia
Profil Sektor
Perkembangan sektor pertambangan memang memberikan angin segar bagi perindustrian dan perekonomian Indonesia. Secara langsung, hal ini meningkatkan penerimaan negara melalui peningkatan volume ekspor dan harga komoditi terkait. Terlebih lagi jika mengingat potensi yang dimiliki oleh Indonesia karena predikat sebagai negara yang kaya akan sumber daya mineral dan tambang memang tidak salah karena potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar.
Perkembangan industri pertambangan salah satunya dipicu oleh peningkatan permintaan komoditas terkait dari India dan Cina yang saat ini menjadi negara ekonomi raksasa baru. Faktor lain yang turut memberikan andil dalam tren perkembangan ini yaitu melemahnya nilai tukar dollar AS.
Kendala-kendala yang dihadapi perseroan secara langsung berpengaruh terhadap prospek usaha terutama harga nikel, penurunan permintaan nikel dunia dan meningkatnya persediaan nikel dunia, situasi ekonomi dan politik di Indonesia dan luar negeri, biaya bahan bakar dan Undang-undang Mineral dan Batubara yang baru.
IHighlight 2002-2009
Sampai dengan perdagangan 8 September 2009, saham INCO ditutup di posisi Rp4.250 per lembar saham. Pada 2 November 2007, saham INCO sempat berada pada level tertingginya yaitu Rp11.700 per lembar saham dengan nilai transaksi harian sebesar Rp241 miliar.
Meskipun perekonomian dunia melemah dan harga nikel mengalami penurunan tajam, INCO tetap membukukan keuntungan pada tahun 2008 dengan penjualan tahunan merupakan rekor tertinggi ketiga dalam sejarah. Sepanjang tahun 2002-2008, perusahaan mampu meningkatkan sales dengan rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 31.17%. Profitabilitas perusahaan juga terus meningkat dengan CAGR 49.61% untuk operating profit dan 56.67% untuk net income.
INCO membukukan CAGR total assets dan total equity masing-masing sebesar 11.17% dan 16.17%. Debt-to-assets ratio (DAR) mewakili penggunaan hutang dalam proporsi aset INCO, stabil pada kisaran 20%-36%, sehingga menunjukkan bahwa INCO mampu mengelola pembayaran hutangnya.
Pendapatan & Profitabilitas
Produksi nikel dalam matte mencapai 72.385 metrik ton di tahun 2008, tingkat produksi ini merupakan tingkat tertinggi ketiga yang pernah dicapai sepanjang sejarah perseroan. Cadangan bijih turun 8 juta metrik ton di tahun 2008 menjadi 153 juta metrik ton dengan kadar 1,77% nikel. Penjualan lebih rendah dari tahun 2007 karena penurunan harga jual dan menurunnya volume penjualan nikel dalam matte.
Aset dan Ekuitas
Pada September 2009, Vale Inco Limited, perusahaan induk PT International Nickel Indonesia Tbk (Inco), menjual secara langsung sebanyak 2,07% saham perusahaan pertambangan nikel dalam matte yang beroperasi di Sulawesi. Setelah transaksi ini, pemegang saham Inco adalah CVRD Inco Limited 60,80%, Sumitomo Metal Mining Co Ltd 20,09%, masyarakat 17,88%, Inco TNC Limited 0,54%, Mitsui & Co Ltd 0,35%, Nissho-Iwai Ltd 0,14%, dan Sumitomo Shoji Kaisha Ltd 0,14%.
CAPITAL PRICE menganalisis ukuran penggunaan leverage perusahaan; rasio yang menggambarkan penggunaan biaya-biaya tetap (fixed costs) dalam perusahaan. Terdapat tiga rasio leverage: degree of operating leverage (DOL), degree of financial leverage (DFL), dan degree of combined leverage (DCL). DCL merangkum pengaruh DOL dan DFL terhadap net income perusahaan yang disebabkan oleh perubahan sales.
Perusahaan dengan DCL yang lebih tinggi tidak berarti lebih berisiko dibandingkan perusahaan dengan DCL yang rendah. Semakin tinggi DCL, semakin besar biaya tetap dan semakin rentan net income terhadap perubahan sales. DCL INCO cenderung menurun dari 4,49 menjadi sebesar 0,38. Artinya, nilai net income INCO semakin kuat (stabil) terhadap gejolak perubahan sales di tengah kondisi krisis global.
Selama 2002-2007, return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) cenderung mengalami peningkatan hingga 84.60%, hingga akhirnya menurun pada tahun 2008 menjadi sebesar 23,63%.
Total assets turnover (TAT) INCO meningkat sejak 2002 dari 0,26 menjadi 1,23 (2007). Rasio TAT mewakili ukuran tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan sales. Semakin tinggi rasio TAT semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya..
MVA & Market Risk
Kinerja saham INCO cenderung meningkat sepanjang periode 2003-2008, ditunjukkan dengan peningkatan shareholder market value added (MVA) terhadap equity book value (BV) hingga mencapai 400.63% (2008). MVA/BV adalah selisih antara harga saham (market value) perusahaan dengan nilai buku ekuitas (book value). Nilai MVA/BV yang positif memberikan indikasi INCO telah memberikan nilai tambah terhadap nilai buku ekuitasnya. Makin tinggi nilai MVA makin baik.
Market Perception Map
Hingga 2008, ekspektasi pasar terhadap profitabilitas perusahaan jangka pendek (CP) dan ekspektasi pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan (FGO) berada di atas rata-rata perusahaan lainnya. Secara umum, INCO berada pada kuadran kanan atas dimana ekspektasi pasar terhadap profitabilitas jangka pendek (CP) dan ekspektasi pasar terhadap prospek pertumbuhan INCO di masa depan (FGO) berada di atas rata-rata.
Strategi yang dilaksanakan INCO untuk meningkatkan performance perusahaan yaitu: meningkatkan pertumbuhan dengan memperluas kapasitas produksi dan penggunaan sumberdaya, melakukan efisiensi kegiatan operasional untuk meningkatkan keuntungan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi penurunan harga dan produksi nikel. Selain itu, penggunaan tenaga kerja terlatih dengan jumlah yang memadai yang memiliki kemampuan yang tepat. Adanya perlindungan asset dengan bertanggung jawab secara aktif dalam melindungi asset perusahaan yang strategis, menjaga reputasi dengan memastikan bahwa tindakan yang dilakukan secara efektif mendemonstrasikan dan mengkomunikasikan nilai-nilai perusahaan.
Recent Development
Proyek modal utama INCO adalah membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga air ketiga di Sungai Larona dengan tujuan mengganti penggunaan minyak bahan bakar berkadar sulfur tinggi di tanur pengering dengan batubara.
Pada awal tahun 2009, INCO menginvestasikan US$ 5juta pada kegiatan CSR yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup di Indonesia melalui berbagai inisiatif di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, pertanian, sosial budaya dan wirausaha. Selain itu INCO sedang mengkaji pembangunan fasilitas pembangunan pabrik high pressure acid leach di Pomalaa yang akan menghasilkan nikel hidroksida, produk nikel setengah jadi dengan kapasitas produksi sekitar 30.000 metrik ton per tahun. INCO juga merencanakan untuk menambang bijih nikel saprolitik di Bahudopi yang kemudian akan digabungkan dengan bijih nikel dari Sorowako. Namun demikian kekuatan daya saing INCO yang terletak pada cadangan bijih laterit yang berlimpah, tenaga kerja yang terampil dan terlatih dengan baik, dengan pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah dapat menjadikan INCO menjadi salah satu pemimpin produsen nikel utama dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi. 2006, Analisis Investasi Dalam Persepektif Ekonomi Dan Politik, Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Habib, Arief. 2008. Kiat Jitu Peramalan Saham Analisis dan Teknikal. Yogyakarta: Andi Offset.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, Suad dan Eny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 5. Yogyakarta :UPP STIM YKPN.
2006, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Jonathan Sarwono. 2006, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.